Sesungguhnya hanya ada 2 Langkah Manjur...
Banyak dari Anda yang merasa capek melakukan
hal baik dan benar. Mengapa? Karena Anda tidak melihat hasilnya. Jadi Anda
ingin menyerah. Jangan! Atau tidak akan ada panen.
Mungkin Anda
telah berupaya untuk melamar pekerjaan, namun pekerjaan yang tepat belum
datang juga. Tidak apa-apa. Teruslah melamar.
Mungkin Anda
telah berusaha mendekatkan diri pada putera Anda, tapi ia masih tetap terasa
jauh. Teruslah berusaha untuk mendekatkan diri.
Mungkin Anda
telah berupaya dalam masalah keuangan Anda, tapi Anda tetap terkubur dalam
hutang. Tidak apa-apa. Teruslah berupaya dalam masalah keuangan Anda.
Mungkin Anda telah berupaya dalam pernikahan
Anda, tapi relasi tetap tegang. Tidak apa-apa. Teruslah berupaya membuat
pernikahan Anda menjadi lebih baik.
Seorang isteri berkata pada suaminya,
"Saya sangat lelah karena konflik kita. Saya tidak tahan lagi. Saya akan
meninggalkan rumah!" Dan sang suami berkata, "Saya juga! Saya juga
tidak tahan lagi. Saya juga tidak ingin tinggal dalam rumah ini! Saya akan
pergi bersamamu."
Suami tersebut tidak bermaksud untuk menyerah!
(Catatan: Saya tidak berbicara tentang
pelecehan dalam pernikahan. Hal ini adalah pengecualian dimana mungkin baik
bagi seorang suami dan isteri untuk tinggal berpisah. Dalam artikel ini,
saya
berbicara tentang masalah umum yang secara perlahan menghancurkan pernikahan
jika kita tidak melakukan sesuatu terhadap relasi kita.)
Beberapa dari kita berpikir jika kita menanam,
kita akan menuai. Itu bukanlah cara kerja alam semesta ini. Anda akan perlu
menanam dan menanam dan menanam...dan kemudian Anda akan menuai.
Teman, jangan menyerah. Percaya bahwa panen
akan datang!
Teruslah Tampil!
Teman, jika Anda ingin berhasil dalam hidup,
Anda perlu tampil.
Di kedutaan
Amerika, saya perlu tampil untuk melakukan wawancara. Dan ketika saya ditolak,
saya mencoba lagi. Ketika hidup menolak apa yang Anda mimpikan, inilah
kuncinya: Tampil kembali. Bagaimana jika saya menjadi sangat depresi dan saya
tidak pernah mencoba lagi? Saya tidak akan pernah bisa berkot- bah di 34 kota
di Amerika Utara.
Ingat bahwa dalam Musim Menanam, tidak semua
benih Anda akan tumbuh. Banyak benih Anda tidak akan sampai pada Musim Menuai.
Beberapa benih Anda akan mati. (Baca Matius 13:3-8)
Saya ingat satu area dalam hidup saya dimana
saya harus menanam lagi dan lagi, hampir menyerah karena kelihatannya tak ada
apapun yang terjadi...
Menanam Benih Cinta Dalam
Emosi Saya
Selama hampir 30 tahun, saya selalu dihantui
oleh ketakutan- ketakutan saya. Setiap pagi, saya terbangun dengan perasaan
sedih yang sangat dalam. Selama bertahun-tahun, saya tidak tahu mengapa saya
merasa begitu sedih. Beberapa tahun kemudian, saya mampu mendefinisikannya:
itu adalah perasaan malu. Saya memiliki sebuah kepribadian yang merasa malu,
berakar dalam pelecehan yang saya alami sebagai seorang anak
dan dalam usia remaja. (Saya berbicara tentang
bagian menyakitkan dalam hidup saya ini dalam 2 buku saya, YourPast Does Not Define Your Future dan 7 Secrets To Real Freedom.) Saya betul-betul merasa
malu terhadap diri sendiri. Saya merasa malu karena saya ada di dunia ini.
Selama bertahun-tahun, saya
mencoba untuk menyenangkan orang lain. Karena jika seseorang tidak menyukai
saya, saya akan merasa panik. Saya akan merasa mati. Saya sangat ingin orang
lain mencintai saya.
Namun setiap hari, saya menanam benih cinta dalam hati saya. Saya
menerima cinta Tuhan. Saya berusaha keras mencintai diri sendiri. Saya
membiarkan orang lain mencintai saya. Ada hari- hari dimana saya merasa oke.
Tapi ada banyak hari dimana ketakutan-ketakutan lama saya mencengkeram saya
lagi.
Ada hari-hari dimana saya
ingin menyerah. Saya merasa semuanya sia-sia - bahwa saya tidak akan pernah
sembuh. Dan kemudian suatu hari - saya baru perhatikan - ketakutan-ketakutan
saya berkurang. Intensitasnya melemah. Rasa malu saya semakin berkurang.
Saya tahu sebuah mukjizat
sedang terjadi. Saya tahu cinta sedang memenangkan jiwa saya, mengalahkan
ketakutan dalam hidup saya.
Hari ini, saat saya
menuliskan ini, hidup saya telah berubah total. Panen telah tiba!
Sekarang saya sangat mencintai diri saya. Saya tidak lagi
merasa malu akan diri saya. Saya tidak bisa mulai untuk menjelaskan pada Anda
perubahan dalam hidup batin saya. Rasanya seperti malam berubah menjadi siang -
dan saya adalah satu pribadi yang baru dalam batin saya.
Namun ada langkah kedua
untuk menuju Musim Menuai.
Langkah #2: Menanam Dalam Lingkungan Yang Benar
Hukum
Tuaian mengatakan, apa yang
kamu tabur, kamu tuai.
Namun tersembunyi dalam Hukum ini adalah
kebutuhan untuk menanam benih Anda di kondisi lingkungan yang benar: Sinar
matahari yang baik dan air yang cukup.
Jika saya menanam benih yang benar di
lingkungan yang salah, tetap tidak akan ada tuaian.
Apa yang dimaksud dengan lingkungan yang benar?
Iman. (Baca Ibrani 11:1)
Anda perlu menanam
benih Anda dengan blessing mindset. Iman adalah air dan sinar matahari dari benih Anda. Apa yang dimaksud
dengan blessing mindset? Bahwa apapun yang
terjadi, Anda berharap untuk diberkati. Bahwa Anda berharap hal-hal baik
terjadi pada Anda.
Saya tahu orang-orang yang mengupayakan
keuangan mereka - tapi tidak mengharapkan menjadi sungguh kaya. Saya tahu
orang-orang yang mengupayakan relasi keluarga mereka - tapi tidak mengharapkan
mereka akan menjadi lebih baik. Saya tahu orang-orang yang mengupayakan
kesehatan mereka - tapi tidak mengharapkan kesembuhan.
Jika Anda ingin diberkati Anda harus bertiarap
untuk diberkati. Anda harus mengharapkan tuaian. Mari saya berikan sebuah
contoh.
Bentuk Wealth Mindset Anda
Dalam bab terdahulu, saya mengatakan bahwa jika
Anda ingin menuai lebih banyak uang, Anda harus menanam nilai. Mengapa? Karena uang adalah sebuah
lambang nilai.
Tapi mengapa selama 30 tahun pertama hidup
saya, saya miskin, sekalipun ketika saya menanam benih yang benar?
Ketika saya
mulai melayani Tuhan pada usia 13, berkotbah hampir setiap hari dan memimpin
organisasi non-profit, saya sudah menanam nilai ke dalam hidup saya dan
nilai-nilai yang sangat besar dalam diri orang lain - dengan membantu orang
yang tak terhitung jumlahnya. Saya menanam apa yang saya
yakini
sebagai 3 benih kekayaan - karakter (integritas), kompetensi (bakat), dan
koneksi (relasi).
Jadi mengapa
tidak ada tuaian?
Saya tidak
memiliki blessing mindset yang benar untuk
membuat benih-benih itu tumbuh. Dalam hal ini, saya kekurangan suatu weallh mindset untuk membuat benih uang
bertumbuh. Dengan kata lain, saya tidak ingin menjadi kaya. Saya tidak berharap
untuk diberkati. Perlu waktu bertahun-tahun untuk keluar dari mentalitas kekurangan saya. Hal ini berasal dari...
. Kepercayaan yang salah tentang diri saya
sendiri: Saya mengidentifikasikan diri saya dengan kemiskinan.
. Kepercayaan yang salah tentang Tuhan: Saya
pikir Dia menginginkan saya menjadi miskin.
• Kepercayaan yang salah tentang uang: Saya
percaya uang adalah alat dari si jahat.
Saya tetap
miskin karena saya tidak menginginkan tuaian.
Saya sudah
memberi begitu banyak nilai pada orang-orang, yang harus saya lakukan adalah
meminta dan saya akan mendapat bayaran yang baik. Tapi saya tidak ingin
dibayar.Maka saya
tetap miskin.
Ketika saya
berusia 30 tahun, saya mulai membuka diri saya terhadap tuaian.
Saya mulai
menumbuhkan wealth mindset.
Dan saya
mulai menumbuhkan kekayaan saya juga.
Saya ingat
membaca semua buku yang bisa saya dapatkan tentang uang dan mencari semua
pembimbing yang dapat saya temukan. Terkadang, rasanya semakin saya tahu,
semakin saya menjadi bingung. Namun saya tidak berhenti. Saya terus belajar.
Hingga saya mengerti.
Saya juga
terjun dalam delapan bisnis kecil - dan gagal dalam semuanya. Saya kehilangan
uang berton-ton. (Saya tidak punya banyak uang sebenarnya, jadi Ion"
adalah istilah yang relatif.) Rasanya hancur. Depresi! Tapi saya tidak pernah
menyerah.
Dan kemudian
sebuah terobosan datang.
Hari ini,
uang mengalir kepada saya seperti sebuah sungai. (Dibandingkan dengan para
pembimbing saya yang multimilyu- ner, sungai saya tampak seperti tetesan dari
sebuah kran yang bocor. Tapi hal itu baik bagi saya!) Saya tidak mencari kesempatan
bisnis; kesempatan bisnis datang pada saya. Dan orang- orang yang tepat, sumber-sumber
yang tepat, dan kebijakan yang tepat datang pada saya.
Ya, tuaian
telah tiba.
Dan tuaian-tuaian yang lebih besar akan tiba
karena saya terus menanam.
Beberapa dari
Anda menikmati Musim Menuai Anda dalam berbagai area hidup Anda.
Jangan
berhenti menanam.
Jangan lupa
untuk mengambil beberapa benih dari tuaian Anda dan menanamnya kembali.
Jika Anda melakukan ini, Musim Menuai yang
lebih besar akan tiba.
DITULIS ULANG DARI:
BUKU BAHASA KASIH - EDISI AGUSTUS 2014
Pendaftaran Online Anggota KEP - Santo Yakobus :
www.KursusEvangelisasiPribadi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Write komentar