Dari buku "How to Turn Thoughts Into Things" By Bo Sanchez
Pernahkah Anda
ditolak saat mengurus visa?
Jika belum, saya yakin, Anda tidak ingin mengalaminya.
Saya pernah ditolak saat mengurus visa. Dua kali. Dari Kedu¬taan
Amerika. Lihatlah ke dalam hati saya dan Anda akan meli¬hat dua bekas luka yang
sangat buruk.
Saya ingat upaya pertama saya. Saya masih dalam usia remaja
kala itu. Saat saya bangun, saya sudah mandi keringat karena gugup. Hal itu
tidak membantu ketika saat saya tiba di Kedutaan Amerika, saya melihat
kerumunan orang-orang Filipin penuh harap di luar gerbang Surga Amerika.
Mereka berdiri dalam antrian yang panjang, mereka semua
memohon untuk mendapatkan visa. Saya merasakan ketakutan mereka. Sangat
menegangkan syaraf.
Setiap langkah mendekati pewawancara membuat perut saya
bergolak.
Saya bahkan dapat mendengar detakan keras dada saya dan
berpikir jangan-jangan orang lain mendengarnya. Deg- deg. Deg-deg. Deg-deg.
Akhirnya, tibalah giliran saya. Saya berjalan ke depan
jendela kaca dan berkata dengan suara ge¬metar, "Selamat pagi..."
Apakah Saya Manusia?
Sang konsul, seorang pria berusia tiga puluhan dengan
kacamata berbentuk segi empat, sangat serius, la melihat bertaruh dia pasti
sudah membuat keputusan seketika itu juga, tapi wawancara harus tetap berlangsung,
la bertanya, "Jadi mengapa Anda ingin pergi ke Amerika?"
Saya bilang, "Saya adalah seorang pengkotbah dan sebuah
konvensi Katolik mengundang saya untuk memberi kotbah."
Seketika itu juga saya sadar - ya Tuhan, siapa di dunia ini
yang akan percaya pada saya? Sebuah wajah berjerawat, remaja bertampang seperti
orang-orangan sawah diundang untuk berbicara di sebuah konvensi religius?
Pria itu tiba-tiba meninggalkan biliknya. Saya membayangkan
dia sedang tertawa terbahak-bahak dan bergulingan di lantai.
Ketika ia kembali, ia berkata terus-terang, "Maafkan
saya Tuan Sanchez, saya tidak dapat memberi Anda visa."
Lagi-lagi, saya malah membayangkan dia mengatakan,
"Maafkan saya Tuan Sanchez, Anda sangat tidak pantas menjejakkan kaki di
pantai indah Amerika karena kami hanya menerima manusia."
Penolakan Lain
Kedua kali saya meminta visa, pewawancaranya seorang wanita
Amerika, la sangat baik pada saya. Sebagai ganti me¬ngatakan, "Maaf, saya
tidak dapat memberi Anda visa," ia ber¬kata, "Saya betul-betul minta
maaf, saya tidak dapat memberi Anda visa."
Tapi itu tetap saja membuat hati saya hancur.
Ketiga kalinya saya meminta, saya pikir saya sudah ahli
dalam membaca bahasa tubuh diplomat asing. Saya bersiap untuk menerima
penolakan lagi.
Berikut adalah tanda-tanda yang saya cari: . Jika sang
konsul tampak seperti zombie yang tak berperasaan, saya ditolak.
Komentar :
Sebenarnya bukan hanya ditolak
mengurus visa, tetapi ditolak dari setiap segi kehidupan yang kita alami. Kesimpulannya
jika kita ingin berhasil, kita harus terus mencoba dan mencoba, bagaimana
seandai Bo akhirnya menyerah dan tidak lagi mengurus Visa nya ? mungkin kita
tidak akan mengenal siapa Bo Sanchez. Mungkin kita sekarang mengalami
kegagalan, tetapi jika kita terus berusaha siapa yang tau kapan kita akan
berhasil. Tetapi jika anda berhenti sekarang juga , sudah tahu pasti kita
gagal. Jadi untuk apa kita berhenti ? Semoga semua ini bias menjadi makna hidup
untuk kita.
Tidak ada komentar:
Write komentar